09 July, 2010

Absurd

Hoam.....
Bener-bener deh. Akhir-akhir ini serba capek. Gak cuma fisik, hati sama pikirannya juga.Bayangin aja, kalo kita itu lagi berhadapan sama em....ibaratkan batu yang terbuat dari kaca. Tuh batu bener-bener diem, namanya batu, keras, susah buat diajak ngomong. yaiyalah batu kan gbs ngomong.
Tapi di lain sisi, batu itu punya kelemahan, kalo dia dilempar, dia bakal pecah. kan terbuat dari kaca batunya. Gapapalah maksa dikit, biar ada kalimat-kalimat diksi haha-_-
Jadi kesimpulannya, karena semuanya ada kekurangan dan kelebihan, otomatis kita itu harus saling bantu membantu.Terus lagi, ternyata bener ya kalo cinta itu buta. Agak gak setuju sih, abis kurang pas sama subjek yang dibicarakan. Sekarang itu bisa dibilangnya biar pas itu em..cinta itu pilih kasih! nah pas!
Kalo buat subjek kali ini, cintaitupilihkasih sangatlah tepat adanya. ya gimana enggak? Semuanya terbukti, pas sama yang lain si subjek susah dijinakkin, sama yangdiacintai gampang banget nurutnya.
kasihan ya. Kasihan siapa? Kita, orang-orang yang dijahati.... -_--
Okeh gpp, semangat untuk semuanya!
Ada positive ada negative. Bahkan di diri kita sendiri ada, pahami orang-orang sekitarmu :) -> sebenernya gangerti ngomong apa huehe

24 June, 2010

Memang menyakitkan, segimana besarnya masalah kita, orang-orang lain akan tetap berjalan maju. Tidak ada yang memahami. Walaupun ketika kita bercerita mereka pasti akan bilang, 'Gue tau apa rasanya.' Tapi mereka gak benar-benar tahu. karena mereka tidak ada dalam posisi kita.
Orang-orang lain akan tetap memperlakukan kita seperti biasa. tanpa tau apa yang kita jalani. tanpa tau apa yang sedang kita alami. Sebesar apapun badai yang ada di hati kita saat ini. The world will keep on moving, and i'll keep on standing
-Raditya Dika, Cinta Brontosaurus

20 June, 2010

Cinta

Ngambil dari fb-nya bang azzumar.Hehe

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut


Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

:')

18 June, 2010

ngekrik

Capek cerita yang bagus2 (kaya pernah aja). sekarang cerita aib!
Hah hah hah, tp yang ini beneran aib deh kayanya gamungkin diceritain.
haaaa iyaaaaa gamungkin gamungkin yaampun bahaya banget ini harga diriku bakal hilang! ih parabat yaudah gajadi cerita.
Assalamualaikum......

nb: nadiya fatyya kemala dan siapapun yang tau ceritanya dijaga yaaaaa ba-ha-ya